Pages

Jumat, 07 Oktober 2016

CERPEN HIDUP



Nonton Hadrah
Pada hari senin awan gelap menutupi langit kota indah. Ijah dan Leha ingin menonton hadrah yang sedang berlangsung di MTs nurul yaqin. Padahal peraturan yang ada di MAN Nurul yaqin tidak boleh keluar gerbang. Mereka pun mencari cara supaya ada alasan keluar gerbang sekolah, kebetulan terbesit dalam pikiran Leha  untuk menagih uang dari hasil onlineshopnya dengan seorang siswi di sebesar 10 ribu. Mereka pun ijin dengan pak satpam, “Mau kemana nih” pak satpam. “pak, ijin ke mtsn sebentar mengambil uang disana 10 ribu untuk jajan ya pak” kata leha kepada pak satpam sambil lalu begitu saja diikuti oleh Ijah, mungkin pak satpamnya langsung blank melihat Leha dan Ijah lalu begitu saja sehingga pak satpam membiarkan mereka dan mereka pun keluar gerbang sambil lari-lari serta tertawa-tawa. Ada kebanggan tersendiri bagi mereka bisa lolos dari pak satpam.
Hujan pun turun membasahi bumi begitu juga Leha dan Ijah yang sedang menuju MTs, mereka dan para pedagang kaki lima sekitar pun menyelamatkan diri. Sambil berlari mereka tertawa, entah apa yang mereka rasakan. Tibalah mereka digerbang Mts nurul yaqin dan langsung masuk kedalam sekolah. Terlihat para anak mtsn yang kecil –kecil tubuhnya berbincang, berlari dan tertawa seperti anak SD. Terlihat juga penampilan grup hadrah dari Mts Al-Fath sedang memperlihatkan penampilan mereka. Leha dan Ijah pun singgah di hadapan salah satu guru favorit mereka dahulu, mereka pun bersalaman dan berbincan-bincang kecil untuk mengembalikan  sebuah keakraban dimasa lalu. “ibuu(salaman), apa kabar bu” mereka berdua.“ ehhh, ngapain kalian kesini” sambut ibu guru. “anu bu, ada urusan dengan adik kelas bu.” Sahut Ijah sambil senyum-senyum. “bu, lihat kaki Ijah bu, sendalnya beda sebelah, sandal temuan lagi, nakal kan bu” Leha menyindir Ijah. “bah, ini sudah biasa di Man bu. Banyak aja di Man yang seperti ini”. Jawab Ijah. Padahal, walaupun sandal sering hilang di Man, murid-murid Man tetap gengsi memakai sandal beda bentuk, kalau beda  warna itu yang sudah biasa. “owalah hahaha”. Ibu hanya bisa menggeleng-geleng. “Bu kami kesana dulu ya, mau mencari adik kelasnya”. “ohh iya iya” sahut ibu. “assalamualaikum” mereka berdua salim. “waalaikumussalam” jawab ibu.

Mereka pun berkeliling Mts, dan bertemu adik kelas yang di cari-cari itu. Terjadilah bisnis singkat dan selesai lalu mereka ke kantin bibi jupe, kantin ibu, dan kantin bude. Menyapa para penjual kantin dengan sapaan hangat. Setiap penjual dikantin pun terkejut melihat kedatangan alumni yang cukup fenomenal di area kantin itu. Mereka hanya sekedar jalan-jalan, jajan pun tidak karena mereka tidak punya uang. Namun rasa haus mengalahkan segalanya, akhinya mereka jajan memakai duit Leha itu. Mereka cukup beli minuman yang seribuan dengan bungkusan kantong plastik dan sebuah sedotan. Mereka berbagi berdua, di sanalah rasa persahabatan terjalin. “Ha, sudah aja yuk, kita pulang, aku ndak enak sama sekolah kita” pinta Ijah ingin segera pulang ke Man. “ayo nah”. Mereka berdua berjalan-jalan di koridor sekolah sambil menghalau banyaknya murid Mts yang sedang bernaung menghindari air rahmat yang jatuh ke bumi itu. Lalu salah satu murid Mts menyapa Leha lalu berbincang-bincang cukup lama yang mebuat Ijah merasa gerah akan keadaan itu “Haaa, cepetan ayoo” sambil menarik tangannya Leha. Mereka pun berjalan lagi, eh berhenti lagi karena ada yang memanggil Leha dan berbincang lagi. dan Ijah tanpa disadari dia malah jalan sendiri dan berhenti didepan kelas 8-1. Sambil berkacak pinggang menunggu Leha ternyata di depan pintu kelas itu ada sekelompok adik kelas  perempuan yang Ijah kenali sedang menertawakan sandal Ijah. Lalu dengan santai dan pd Ijah menjelaskan seperti yang ia jelaskan kepada gurunya tadi, bahasa lainnya buang malu. Leha pun mendatangi Ijah dan Ijah telah bersiap meninggalkan Mts dengan menghalau derasnya hujan , dengan melepas kaus kaki, menenteng sandal, dan menutupi kepala dengan almameter sekolahnya. Setelah Leha sampai pada Ijah, Ijahnya langsung berlari tertawa-tawa dan disusul oleh Leha. Dan mereka merasakan seperti film india yang sedang kejar-kejaran diiringi lagu yang dinyanyikan Ijah dan Leha. Tanpa malu, para pedagang kaki lima terheran-heran melihat tingkah mereka yang aneh itu. Selepas berlari dan bernyanyi, rupanya mereka kelelahan dan mulai berjalan lagi menuju Man. Terlihat dari luar pagar pak satpam duduk berjaga didepan kantor guru dengan raut wajah yang selalu datar sangar itu. Selepas merasakan kebahagiaan, mereka kembali merasa awas dan takut. Sambil menyembunyikan minuman yang mereka beli dibalik Jas yang telah Leha pasang. Mereka berjalan melewati gerbang dan menuju dalam sekolah dengan berlari-lari malu. Dan mereka selamat dari pak satpam lalu berlari lagi menuju kawan-kawannya yang sedang duduk lasehan dikoridor  Man Nurul Yaqin dan langsung terduduk dengan raut wajah kebahagiaan. Setelah itu mereka menceritakan kejadian yang mereka alami.

0 komentar:

Posting Komentar

instagram. Diberdayakan oleh Blogger.