Nonton Hadrah
Pada hari senin awan gelap menutupi langit
kota indah. Ijah dan Leha ingin menonton hadrah yang sedang berlangsung di MTs
nurul yaqin. Padahal peraturan yang ada di MAN Nurul yaqin tidak boleh keluar
gerbang. Mereka pun mencari cara supaya ada alasan keluar gerbang sekolah,
kebetulan terbesit dalam pikiran Leha untuk menagih uang dari hasil onlineshopnya
dengan seorang siswi di sebesar 10 ribu. Mereka pun ijin dengan pak satpam, “Mau
kemana nih” pak satpam. “pak, ijin ke mtsn sebentar mengambil uang disana 10 ribu
untuk jajan ya pak” kata leha kepada pak satpam sambil lalu begitu saja diikuti
oleh Ijah, mungkin pak satpamnya langsung blank melihat Leha dan Ijah lalu
begitu saja sehingga pak satpam membiarkan mereka dan mereka pun keluar gerbang
sambil lari-lari serta tertawa-tawa. Ada kebanggan tersendiri bagi mereka bisa
lolos dari pak satpam.
Hujan pun turun membasahi bumi begitu juga
Leha dan Ijah yang sedang menuju MTs, mereka dan para pedagang kaki lima
sekitar pun menyelamatkan diri. Sambil berlari mereka tertawa, entah apa yang
mereka rasakan. Tibalah mereka digerbang Mts nurul yaqin dan langsung masuk
kedalam sekolah. Terlihat para anak mtsn yang kecil –kecil tubuhnya berbincang,
berlari dan tertawa seperti anak SD. Terlihat juga penampilan grup hadrah dari
Mts Al-Fath sedang memperlihatkan penampilan mereka. Leha dan Ijah pun singgah
di hadapan salah satu guru favorit mereka dahulu, mereka pun bersalaman dan
berbincan-bincang kecil untuk mengembalikan
sebuah keakraban dimasa lalu. “ibuu(salaman), apa kabar bu” mereka
berdua.“ ehhh, ngapain kalian kesini” sambut ibu guru. “anu bu, ada urusan
dengan adik kelas bu.” Sahut Ijah sambil senyum-senyum. “bu, lihat kaki Ijah bu,
sendalnya beda sebelah, sandal temuan lagi, nakal kan bu” Leha menyindir Ijah.
“bah, ini sudah biasa di Man bu. Banyak aja di Man yang seperti ini”. Jawab Ijah.
Padahal, walaupun sandal sering hilang di Man, murid-murid Man tetap gengsi
memakai sandal beda bentuk, kalau beda
warna itu yang sudah biasa. “owalah hahaha”. Ibu hanya bisa
menggeleng-geleng. “Bu kami kesana dulu ya, mau mencari adik kelasnya”. “ohh
iya iya” sahut ibu. “assalamualaikum” mereka berdua salim. “waalaikumussalam”
jawab ibu.
Mereka pun berkeliling Mts, dan bertemu
adik kelas yang di cari-cari itu. Terjadilah bisnis singkat dan selesai lalu
mereka ke kantin bibi jupe, kantin ibu, dan kantin bude. Menyapa para penjual
kantin dengan sapaan hangat. Setiap penjual dikantin pun terkejut melihat
kedatangan alumni yang cukup fenomenal di area kantin itu. Mereka hanya sekedar
jalan-jalan, jajan pun tidak karena mereka tidak punya uang. Namun rasa haus
mengalahkan segalanya, akhinya mereka jajan memakai duit Leha itu. Mereka cukup
beli minuman yang seribuan dengan bungkusan kantong plastik dan sebuah sedotan.
Mereka berbagi berdua, di sanalah rasa persahabatan terjalin. “Ha, sudah aja
yuk, kita pulang, aku ndak enak sama sekolah kita” pinta Ijah ingin segera
pulang ke Man. “ayo nah”. Mereka berdua berjalan-jalan di koridor sekolah
sambil menghalau banyaknya murid Mts yang sedang bernaung menghindari air
rahmat yang jatuh ke bumi itu. Lalu salah satu murid Mts menyapa Leha lalu
berbincang-bincang cukup lama yang mebuat Ijah merasa gerah akan keadaan itu
“Haaa, cepetan ayoo” sambil menarik tangannya Leha. Mereka pun berjalan lagi,
eh berhenti lagi karena ada yang memanggil Leha dan berbincang lagi. dan Ijah
tanpa disadari dia malah jalan sendiri dan berhenti didepan kelas 8-1. Sambil
berkacak pinggang menunggu Leha ternyata di depan pintu kelas itu ada
sekelompok adik kelas perempuan yang
Ijah kenali sedang menertawakan sandal Ijah. Lalu dengan santai dan pd
Ijah menjelaskan seperti yang ia jelaskan kepada gurunya tadi, bahasa lainnya
buang malu. Leha pun mendatangi Ijah dan Ijah telah bersiap meninggalkan Mts
dengan menghalau derasnya hujan , dengan melepas kaus kaki, menenteng sandal,
dan menutupi kepala dengan almameter sekolahnya. Setelah Leha sampai pada Ijah,
Ijahnya langsung berlari tertawa-tawa dan disusul oleh Leha. Dan mereka
merasakan seperti film india yang sedang kejar-kejaran diiringi lagu yang
dinyanyikan Ijah dan Leha. Tanpa malu, para pedagang kaki lima terheran-heran
melihat tingkah mereka yang aneh itu. Selepas berlari dan bernyanyi, rupanya
mereka kelelahan dan mulai berjalan lagi menuju Man. Terlihat dari luar pagar
pak satpam duduk berjaga didepan kantor guru dengan raut wajah yang selalu
datar sangar itu. Selepas merasakan kebahagiaan, mereka kembali merasa awas dan
takut. Sambil menyembunyikan minuman yang mereka beli dibalik Jas yang telah
Leha pasang. Mereka berjalan melewati gerbang dan menuju dalam sekolah dengan
berlari-lari malu. Dan mereka selamat dari pak satpam lalu berlari lagi menuju
kawan-kawannya yang sedang duduk lasehan dikoridor Man Nurul Yaqin dan langsung terduduk dengan
raut wajah kebahagiaan. Setelah itu mereka menceritakan kejadian yang mereka
alami.
0 komentar:
Posting Komentar